Jumat, 21 Desember 2012


 JATIWANGI  TOWN SQUARE MULAI DIBANGUN

Peluang Tenaga Kerja Sangat Terbuka


JATIWANGI, (JM) Bupati Majalengka H.Sutrisno, SE, MSi bersama unsur Muspida melakukan peletakan batu pertama Jatiwangi Town Square (JTS) di bekas Pabrik Gula Jatiwangi pada  Sabtu (15/12 yang lalu. Kabupaten Majalengka makin optimis dengan banyaknya pembangunan sebagai sarana pengembangan pusat ekonomi dan geliat pertumbuhan industri  bakal memajukan daerah itu sendiri. Pembangunan JTS tampaknya bersinergi dengan dimulainya pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati.

General Manager PT. Bangun Sakti Utama, Herwin Christian Basuki menjelaskan bahwa di lahan 10,6 hektar akan diterapkan sistem 10 in 1 yaitu dalam satu lahan akan dibangun  Shopping Mall, Hotel,
Convention Hall, Kavling Komersial, Ruko, Perumahan, Water Park Sport Centre, Rumah Sakit dan Pusat Kuliner.

"JTS memberikan pemenuhan kebutuhan tempat usaha dan bisnis yang refresentatif di Majalengka," kata Herwin. Selain itu JTS menyediakan Kavling Komersial berupa 15 lahan siap bangun dengan luas antara 1.100 hingga 1.600 m2 yang cocok untuk bank, showroom dan perkantoran. Tidak ketinggalan, JTS mempersembahkan tempat hiburan berupa water park dan sport centre.

"Sebagai pengembang kita juga memperhatikan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat dengan membangun rumah sakit bertaraf internasional di area JTS," kata Herwin. Pihak pengembang memastikan untuk pembangunan Mall bisa selesai tahun 2013 sebelum lebaran.

Di sisi lain, pembangunan JTS ini diharapkan dapat meningkatkan perekenomian dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. "Manajemen akan bersinergi dengan masyarakat sekitar Dan diperkirakan bakal menyerap lapangan kerja sekitar 3 ribu orang , jelas Herwin.

Bupati Majalengka H.Sutrisno menyambut baik hadirnya JTS di Jatiwangi ,ia berharap dengan banyaknya investor yang masuk ke Kabupaten Majalengka akan meningkatkan perekonomian warganya. Selain itu, diharapkan, dengan dibangunnya JTS ini, membuka peluang usaha dan pekerjaan warga Kabupaten Majalengka. “Saya menyambut  baik kehadiran para investor guna mendukung program pembangunan dan peluang sangat terbuka untuk upaya perluasan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan,” katanya.
Hal serupa dikatakan Wabup Karna Sobahi. Menurutnya, Pemkab Majalengka sudah membuka peluang seluasnya untuk berinvestasi. Karna berharap, dengan gencarnya program pembangunan dapat meningkatkan peluang usaha bagi kalangan investor  dan sarana masyarakat untuk ikut bekerja. Sementara Kepala Dinas   KUKM Perindag Iman Pramudya Subagja juga berharap, dengan adanya pembangunan JTS, dapat memacu gairah UKM agar dapat berkontribusi bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri.
“Diharapkan, para pelaku UKM mampu mendapatkan peluang untuk berkreasi dan solusi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan,” katanya. (cha)

Bupati Majalengka H.Sutrisno, SE, MSi bersama GM PT Bangun Sakti Utama Herwin Christian Basuki melihat-lihat maket dan masterplan pembangunan Jatiwangi Square di Jatiwangi.  General Manager PT. Bangun Sakti Utama, Herwin Christian Basuki menjelaskan bahwa di lahan 10,6 hektar akan diterapkan sistem 10 in 1 yaitu dalam satu lahan akan dibangun  Shopping Mall, Hotel, Convention Hall, Kavling Komersial, Ruko, Perumahan, Water Park Sport Centre, Rumah Sakit dan Pusat Kuliner. (JM)



Sabtu, 03 November 2012

Sampyong Harus Dilestarikan


Hadi, Perintis Sampyong dari Desa Jatipamor

Menjaga Warisan Budaya Leluhur

Seniman dan Budayawan Hadi (60) mengatakan, seni budaya sampyong yang merupakan warisan leluhur kita harus dijaga, dikembangkan, dan dilestarikan. Potensi seni budaya tersebut menjadi kebanggaan kita, dan harus diwariskan kepada generasi muda, agar ke depan seni yang membanggakan ini bisa bertahan dan tetap lestari.
“Saya terpanggil untuk memelihara tradisi seni sampyong agar bisa diteruskan kepada anak cucu kita di masa yang akan datang,” katanya saat dikunjungi Jurnal Majalengka di rumahnya di Desa Jatipamor.

Hadi dan sejumlah seniman lainnya sangat tertantang untuk mengembangkan tradisi leluhur sejak tahun 1960-an itu. Hingga kini Hadi dan grupnya banyak menerima panggilan untuk pentas sampyong di sejumlah desa di wilayah Kabupaten Majalengka dan luar kota. 

Seperti diketahui cikal bakal sampyong, tercatat pada tahun 1960 di daerah Cibodas Kecamatan Majalengka tumbuh sebuah permainan rakyat yang dikenal dengan ujungan. Permainan ini merupakan permainan adu ketangkassan dan kekuatan memukul dan dipukul dengan mengunakan alat yang terbuat dari kayu atau rotan berukuran 60 cm. Pemain terdiri atas dua orang yang saling berhadapan, baik laki-laki maupun perempuan, dipimpin oleh seorang wasit yang disebut malandang. Kedua pemain menggunakan teregos, yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain yang diisi dengan bahan-bahan empuk sebagai pelindung kepala. Tutup kepala demikian dikenal pula dengan sebutan balakutal. Sasaran pukulan pada permainan ujungan tidak terbatas, dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa di tangkis. Seorang pemain dapat memukul lawanya sebanyak-banyaknya, atau bahkan dipukul sebanyak-banyaknya, hingga salah seorang diantaranya dinyatakan kalah karena tidak lagi kuat manehan rasa sakit akibat pukulan.

Pada deskripsi profil ini, ujungan tidak dikatagorikan seni bela diri, karena seorang pemain tidak melakukan jurus tangkisan. Walupun demikian, permainan ini tetap dianggap sebagai sebuah karya seni karena didalamnya terdapat unsur-unsur kesenian, misalnya seperangkat gamelan pencak silat yang ditabuh sepanjang permainan ujungan dilaksanakan. Adegan ibing pencak silat yang manis. Pukulan ditandai dengan seruan sang maladang : “ Biluuk! “, disusul kemudian dengan pukulan kearah yang diinginkan.

Karena sifat permainan yang terlalu bebas, maka permainan ini dianggap terlalu berbahaya dan tidak banyak orang yang sanggup memainkannya. Beberapa orang tokoh ujungan mencoba membuat penyempurnaan-penyempurnaan, dengan cara menyederhanakan aturan permainan. Setidaknya terdapat tiga butir aturan esensial yang terdapat pada aturan permainan yang baru, yaitu seorang pemain hanya diperkenankan memukul sebanyak 3 (tiga) kali pukulan; dan sasaran pukulan hanya sebatas betis bagian belakang, tidak lebih dari itu. Pemain dapat bermain pada kelas yang ditentukan menurut usia, misalnya golongtan tua, menengah, pemuda, dan anak-anak.

Seiring dengan berlakunya peraturan yang baru itu, maka nama ujungan pun ditinggalkan. Nama permainanyang lebih populer adalah “ Sampyong ”, Sam = Tiga dan Pyong = Pukulan. Nama baru ini terucap begitu saja dari salah seorang penonton keturunan Cina ketika ia menyaksikan permainan ini. Kiranya ia tertarik pada jumlah pukulan pada permaianan ini hingga kemudian terucaplah kata Sampyong yang kemudian melekat menjadi sebutan permainan sampai sekarang.

Sebagai sebuah seni pertunjukan, sampyong dihidangkan pada acara-acara tertentu, misalnya pada acara hajatan, dan kini lebih sering terlihat pada acara kontes ketangkasan domba (adu domba). Berikut beberapa urutan pertunjukan sampyong pada suatu acara khusus seluruh peserta memasuki arena dipimpin oleh seorang wasit, melakukan penghormatan kepada penonton dengan iringan kendang pencak dan lagu Golempang. Pertunjukan eksibisi, yang dimainkan oleh dua orang tokoh ujungan, sebagai pertunjukan pembuka. Pertunjukan utama, seorang pemain berhadapan dengan pemain lainnya menurut urutan panggilan, dipimpin oleh seorang maladang.

Diantara Tokoh-tokoh yang mengembangkan seni sampyong salah satunya, Bpk. Hadi yang  berasal dari Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran dan dia mempunyai Grup Seni “CITA LAKSANA”

GRUP CITA LAKSANA SENI BUDAYA  SAMPYONG DESA JATIPAMOR KECAMATAN PANYINGKIRAN.

Pimpinan Grup Cita Laksana Bpk.  Hadi, Ketua Sampyong Bpk.  Toto/Walet, Tukang Kendang Bpk.  Erna dan Miming, Tukang Trompet  Bpk  A. Sanusi, Tukang Goong Bpk.  Hamid, Tukang Kecrek  Bpk.  A. Hadi, Tukang Ketuk Bpk Otong, Juru Kawih/sinden   Ibu Ijah. Para Pemeran Sampyong  Bpk Takrim, Radi, Koyod, Suman, Nata, Nalim, Sarhawi, Oding, Muskahi, dan Adang. (gun) 

Arena Wisata


BENDUNGAN RENTANG JATITUJUH PERLU DIKEMBANGKAN

JATUTUJUH, (JM), Bendungan Rentang merupakan kawasan irigasi yang terletak di Desa Panongan Kecamatan Jatutujuh, dari pusat kota mempunyai jarak sekitar 35 km. Tempat ini sudah banyak dikunjungi orang baik masyarakat setempat maupun dari luar Kecamatan Jatitujuh bahkan dari luar kota Kabupaten Majalengka. Bendungan Rentang seringkali dipadati pengunjung, baik yang hanya sekedar menikmati pemandangan alam maupun yang sengaja datang bersama keluarga besarnya untuk sekedar makan bersama yang dibawa dari rumahnya masing-masing.

Pada saat liburan, banyak sekali para pedagang yang sengaja berjualan di sana, menambah ramai suasana. Mobil pribadi serta kendaraan roda dua banyak berjejer di kawasan ini. Banyak muda-mudi yang sengaja bermain di sana sambil beramai-ramai membawa motor konvoi ke lokasi ini.

Beberapa waktu lalu Bendungan Rentang telah dijadikan ajang lomba balap perahu oleh para pemuda setempat. Ditambah dengan keramaian dari panggung dangdut yang diadakan oleh panitia lomba.
Objek wisata ini memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, akan tetapi lokasi ini belum tersentuh oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka yang khusus untuk menangani potensi pariwisata yang ada di Kecamatan Jatitujuh, sehingga Bendungan Rentang ini dapat dikembangkan dan menjadi objek wisata yang dapat menarik perhatian pengunjung.

Bupati Majalengka H. Sutrisno SE MSi, menyebutkan ke depan Bendungan Rentang ini akan dijadikan objek wisata yang menarik dan akan direncanakan untuk diberdayakan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka, sehingga akan dikenal dan banyak dikunjungi banyak orang, dan terciptanya Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat, seiring dengan perkembangan percepatan pembangunan di masa yang akan datang.
Bendungan Rentang ini mempunyai luas lahan sekitar 12 ha. 

Dalam musim kemarau yang lalu  walaupun debit air telah berkurang akan tetapi masih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Kerap air bendungan ini banyak digunakan orang untuk mencuci motor yang langsung turun ke sungai yang dangkal. Sedangkan akses menuju lokasi Bendungan Rentang ini sudah baik dan dapat ditempuh dengan angkutan umum seperti angkotan dari Desa Kadipaten-Desa Jatitujuh. (bin)

Potensi Wisata


DESA SIDAMUKTI MENUJU DESA PARIWISATA

MAJALENGKA, (JM), Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka mempunyai potensi yang sangat mendukung untuk menjadi Desa Pariwisata. Di sini sudah ada lokasi olahraga Paralayang, Curug Sempong dan sekarang ditambah dengan kehadiran sirkuit Motorcross Martaguna Buah Lega yang beberapa waktu lalu selesai dibangun dan diresmikan. 

Sejak adanya objek wisata olahraga Paralayang, nama Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka menjadi terkenal. Atlit-atlit Paralayang yang sudah berlomba disini bukan saja berasal dari wilayah lokal akan tetapi sudah internasional sudah pernah menjajah olahraga ini di Desa Sidamukti.

Menurut Kepala Desa Sidamukti Karwan, Pemerintah Desa Sidamukti dari waktu ke waktu telah berupaya menata tempat wisata ini agar bisa lestari dan berkembang sehingga banyak dikunjungi orang. Di Hutan suaka yang berada di sebelah Selatan lokasi Paralayang ada sebuah curug yang bernama Curug Sempong. Kawasan Gunung Panten ini telah menyimpan emas bagi kehidupan mendatang Desa Sidamukti, sehingga dengan diberdayakannya oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka Desa Sidamukti ini akan mempunyai masa depan yang cerah.

“Event balap motor telah digelar di sirkuit Martaguna beberapa waktu lalu, dan terbilang sukses, yakni Grasstrack Bupati Cup 2012. Ini akan memotivasi panitia untuk menggelar event-event selanjutnya. Sirkuit Martaguna mempunyai panjang lintas sekitar 1.050 meter, dan telah didesain dengan tingkat kesulitan yang tak kalah jauh ditemui di arena lain. Untuk ke depan akan dilakukan pembenahan-pembenahan yang lebih baik lagi untuk menciptakan agar Desa Sidamukti menjadi Desa Pariwisata,” katanya. (bin)